Ilmu Sosial Dasar 1




Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan








Disusun Oleh:
Anggraeni Tri Windyastuti
10116879
1KA25


 


Kata Pengantar

   Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Ilmu Sosial Dasar ini mengenai Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Ilmu Sosial Dasar dan dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan ulasan demi perbaikan makalah yang telah saya buat. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun.

Terimakasih




Pendahuluan

 
Latar Belakang
   Penduduk, masyarakat dan kebudayaan memiliki keterkaitan satu sama lain. Penduduk adalah sekumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Sedangkan masyarakat merupakan kumpulan dari penduduk yang saling berinteraksi dalam suatu wilayah tertentu dan terikat oleh peraturan-peraturan yang berlaku di dalam wilayah tersebut. Masyarakat menciptakan dan melestarikan kebudayaan, baik yang mereka dapat dari nenek moyang mereka ataupun kebudayaan baru yang tumbuh dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, penduduk, masyarakat dan kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.

   Masyarakat dan kebudayaan terus berkembang dengan cepat dari masa ke masa. Pada zaman dahulu, manusia hidup berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain, masyarakat yang hidup dengan keadaan seperti itu disebut dengan nomaden. Mereka berpindah ke tempat lain jika bahan makanan yang ada di daerah mereka telah habis. Namun, seiring dengan berjalannya waktu mereka mulai belajar bercocok tanam dan berternak untuk melangsungkan kehidupan mereka.

   Masyarakat zaman dahulu pun meninggalkan hasil kebudayaan yang beraneka ragam, mulai dari peralatan, bahasa, lagu, bangunan-bangunan, hingga berbagai macam upacara adat. Pada zaman purba, masyarakat mulai mengenal suatu kepercayaan yang lebih jelas jika dibandingkan dengan masyarakat yang hidup pada zaman sebelumnya. Kepercayaan yang berkembang pada zaman ini adalah agama Hindu dan Budha. Kedua agama ini membawa pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Zaman madya ditandai dengan masuknya agama Islam. Agama Islam menyebar dengan cepat di Indonesia. Agama Islam juga memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan kebudayaan di Indonesia.

Rumusan Masalah
1.      Pertumbuhan Penduduk :
a.       Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi pertambahan penduduk
b.      Pengertian migrasi
c.       Macam-macam migrasi
d.      Proses migrasi
e.       Akibat migrasi
2.      Kebudayaan dan kepribadian :
a.       Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan di Indonesia
b.      Kebudayaan Budha, Hindu dan Islam
c.       Kebudayaan Barat di Indonesia

Tujuan Pembahasan
1.      Mengetahui pengertian pertumbuhan penduduk, penduduk dan migrasi.
2.      Mengetahui macam-macam migrasi, proses migrasi, dan akibat migrasi.
3.      Mengetahui pengertian kebudayaan dan kepribadian.
4.      Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan di Indonesia.
5.      Mengetahui kebudayaan Budha, Hindu dan Islam.
6.      Mengetahui kebudayaan Barat di Indonesia.



Pertumbuhan Penduduk

  Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran.
   Pada awal zaman modern sampai kira-kira tahun 1650, penduduk dunia telah mencapai 500 juta jiwa jumlahnya. Sejak zaman inilah penduduk dunia terus meningkat dengan cepat. Hal itu dimungkinkan oleh adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
   Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah    geografi dan ruang tertentu.
               Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
§  Orang yang tinggal di daerah tersebut.
§  Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.
            
a.       Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi pertambahan penduduk

1.      Kelahiran (Natalitas/Fertilitas)
Kelahiran adalah kemampuan seorang wwanita melahirkan yang tercermin dalam jumlah bayi yang dilahirkan.”
Angka Kelahiran ialah rata-rata banyaknya bayi yang lahir dari tiap 1.000 orang penduduk dalam satu tahun.”
Angka kelahiran dibagi menjadi dua, yaitu:
1)      Angka kelahiran kasar
Adalah jumlah tiap kelahiran 1.000 orang penduduk pada suatu daerah dalam waktu satu tahun.
2)      Angka kelahiran khusus
Adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran hidup dari 1.000 wanita usia tertentu dalam waktu satu tahun. Yang dimaksud usia tertentu, misalnya: pada usia 20-24 tahun, 25-29 tahun, 30-39 tahun, dan seterusnya.
2.      Angka Kematian (Mortalitas)
Angka kematian adalah jumlah kematian setiap 1.000 penduduk setiap tahun.”
1)      Angka kematian kasar
Adalah angka yang menunjukkan jumlah kematian setiap 1.000 penduduk per tahun.
Berikut ini penggolongan kematian kasar, yaitu:
1.)    Angka kematian rendah, jika angka kematian kurang dari 10.
2.)    Angka kematian sedang, jika angka kematian antara 10-20.
3.)    Angka kematian tinggi, jika angka kematian lebih dari 20.
2)      Angka kematian khusus
Adalah rata-rata banyaknya orang yang meninggal dari tiap 1.000 orang penduduk per tahun.
3.      Migrasi

b.      Pengertian Migrasi
Adalah perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain.


c.       Macam-Macam Migrasi
Berdasarkan niat atau tujuan pelakunya untuk menetap atau tidak, migrasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.      Migrasi Permanen
yaitu perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk menetap di daerah yang dituju.
Contoh: Transmigrasi, urbanisasi, emigrasi, dan imigrasi.
2.      Migrasi Non Permanen (Sirkuler)
yaitu perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan tidak menetap.

Berdasarkan ruang lingkup gerakan atau perpindahannya migrasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.      Migrasi Internasional
adalah perpindahan penduduk yang dilakukan dengan melintasi batas wilayah negara atau antarnegara dengan tujuan menetap di negara yang dituju.
Migrasi internasional berdasarkan arah gerakan atau perpindahannya dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1)      Imigrasi
yaitu perpindahan penduduk dan negara asing untuk menetap dan menjadi warga negara di negara yang baru didatanginya.
Misalnya, seseorang dari Indonesia pindah ke Amerika Serikat. Bagi    Amerika Serikat orang tersebut disebut imigran.
2)      Emigrasi
yaitu pindahnya sekelompok penduduk atau perorangan dari suatu negara ke negara lain.
Misalnya, orang Indonesia yang menetap di Jepang. Bagi Indonesia disebut emigran, bagi Jepang disebut imigran.
3)      Repatriasi (remigrasi)
yaitu perpindahan penduduk untuk kembali ke tanah asalnya semula.
Misalnya, karena sudah tua, seseorang kembali ke daerah asalnya agar setelah meninggal dapat dikubur di daerah asalnya.

2.      Migrasi Nasional
Adalah gerakan atau perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain melintasi wilayah provinsi atau kabupaten dalam satu wilayah negara.
Beberapa contoh jenis migrasi nasional antara lain:
1)      Transmigrasi
yaitu perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang kurang padat dalam satu wilayah negara.
Untuk di Indonesia, daerah-daerah yang padat penduduknya (daerah pengirim) terutama dari Jawa, Madura dan Bali.
2)      Urbanisasi
yaitu perpindahan penduduk dari daerah pedesaan atau daerah tepian kota ke daerah perkotaan untuk tujuan tertentu.


d.      Proses Migrasi
Dengan adanya wilayah yang memiliki lebih maka banyak orang atau penduduk, yang akan pergi ke wilayah itu dikarenakan di wilayah ia tinggal sudah tidak banyak lagi penduduk untuk berkelangsungan hidupnya.
Proses migrasi punya cara yaitu:
• Proses migrasi ia menetap di suatu wilayah.
• Proses migrasi hanya sementara diwilayah itu sewaktu-waktu ia dapat    kembali lagi ke wilayah tempat asalnya.
• Hanya sekedar berlibur diwilayah itu.

Proses keberangkatan migrasi bisa dilakukan dengan cara-cara tertentu misalkan kalau imigran hanya satu orang bisa melakukannya dengan naik sepeda motor, kalau imigran dengan banyak orang satu keluarga maka bisa melakukannya dengan naik kendaraan roda empat atau juga naik kapal laut.

e.       Akibat Migrasi
1.      Dampak negatif migrasi
Beberapa dampak negatif migrasi terhadap kehidupan di masyarakat yang sering dirasakan saat ini, antara lain:
·         Kurangnya perlindungan bagi para imigran, terutama bagi TKI yang bekerja di luar negeri.
·         Kesempatan atau peluang kerja di kota semakin terbatas, karena semakin banyaknya tenaga kerja yang ke kota.
·         Menimbulkan masalah di daerah tujuan, terutama bagi mereka yang tidak berbekal keterampilan dan pengetahuan yang cukup.
·         Berkurangnya tenaga kerja muda atau usia produktif di daerah pedesaan yang menjadi andalan kegiatan pertanian.

2.      Dampak positif migrasi
Selain dampak negatif, migrasi ternyata juga membawa dampak positif baik bagi kehidupan masyarakat, antara lain:
·         Kebutuhan tenaga kerja masyarakat kota tercukupi, terutama tenaga kerja muda yang produktif.
·         Kemajuan pembangunan daerah perkotaan semakin pesat, karena didukung oleh tenaga kerja yang banyak dan fasilitas yang lengkap.
·         Bagi warga desa yang sadar dan peduli akan perkembangan desanya, akan membawa kemajuan di desanya berbekal dari pengalaman yang diperoleh di kota.

f.       3 Jenis Struktur Penduduk
1)      Penduduk Muda (Expansive)
Digambarkan seperti Limas. Pemahamanya mudah, jadi di suatu daerah terdapat angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah yang menyebabkan penduduk yang berumur muda banyak. Biasanya terdapat di negara berkembang seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, India.

Ciri-Ciri Penduduk Muda:
a.       Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda.
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit.
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi.
d. Pertumbuhan penduduk tinggi.

2)      Penduduk Stasioner
Piramida Stasioner itu merata, sehingga ada yang menyebutnya sebagai bentuk granat. Pada piramida ini tingkat kelahiran dan kematian seimbang atau tetap (stasioner). Biasanya terdapat di negara maju seperti: Singapura, Jepang.

Ciri-Ciri Penduduk Stasioner:
a.       Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama.
b.      Tingkat kelahiran rendah.
c.       Tingkat kematian rendah.
d.      Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lambat.

3)      Penduduk Tua (Constructive)
Bentuknya lebih seperti Batu Nisan. Piramida ini menunjukkan tingkat kelahiran yang rendah dan tingkat kematian sangat tinggi, jadinya pertumbuhan penduduknya rendah. Contoh negaranya: Jerman, Swiss dan Belgia.

Ciri-Ciri Penduduk Tua:
a.       Sebagian besar penduduk berada pada kelompok usia dewasa atau tua.
b.      Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit.
c.       Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding dengan tingkat kematian.
d.      Pertumbuhan penduduk terus berkurang.
 
 



Kebudayaan dan Kepribadian

   Berdasarkan asal usul  katanya, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah” (bentuk jamak), sedangkan bentuk tunggalnya yaitu buddhi (budi atau akal). Jadi, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

   Selanjutnya E.B. Tayor dalam bukunya “Primitive Culture” merumuskan definisi secara sistematis dan ilmiah tentang kebudayaan sebagai berikut: “Kebudayaan adalah komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain-lain kenyataan dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.” (Culture is that complex whole and other capability acquired by man as a member of society).

   Kepribadian seseorang dipengaruhi pula oleh kebudayaan yang berlaku di lingkungan sekitar. Kebudayaan merupakan pola-pola tindakan yang sering diulang-ulang yang akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.

   Kebiasaan-kebiasaan ini digunakan untuk memberikan arah kepada individu ataupun kelompok, bagaimana seharusnya ia ber-hubungan atau berinteraksi dengan orang lain bahkan telah menjadi tuntutan masyarakat dimana pun dan dalam kurun waktu kapan pun. Oleh karena itu, kebiasaan-kebiasaan melekat dalam diri masyarakat, diperkenalkan dan dipelajari oleh individu-individu secara terus-menurus.

   Dalam proses yang panjang inilah, kepribadian terbentuk seiring dan sesuai dengan kebudayaan setempat. Oleh karena itu, kebudayaan antara satu daerah dengan daerah lain berbeda, maka dapat dipastikan kepribadian dari dua kebudayaan tersebut berbeda pula. Kebudayaan tidak bisa lepas dari kepribadian individu melalui suatu proses belajar yang panjang.

   Dalam proses belajar yang disebut sosialisasi itu, kepribadian atau watak tiap-tiap individu pasti juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan itu secara keseluruhan. Gagasan-gagasan, tingkah laku, atau tindakan manusia itu ditata, dikendalikan, dan dimantapkan pola-polanya oleh berbagai sistem nilai dan norma yang hidup di masyarakatnya.

   Sebaliknya, kebudayaan suatu masyarakat turut memberikan sumbangan pada pembentukan kepribadian seseorang. Kepribadian suatu individu dalam suatu masyarakat, walaupun berbeda-beda satu sama lainnya, dirangsang dan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma dalam sistem budaya dan juga oleh sistem sosial yang telah diinternalisasinya (diserap ke dalam dirinya) melalui proses sosialisasi dan proses pembudayaan selama hidup sejak masa kecilnya.

   Kepribadian juga sangat ditentukan oleh cara-cara ia diajari makan, bermain, disiplin, dan bergaul dengan anak-anak lainnya pada waktu kecil. Tiap-tiap kebudayaan mempunyai cara pengasuhan anak yang berbeda-beda yang menunjukkan adanya kesamaan pola-pola adat dan norma-norma tertentu. Setelah anak-anak itu menjadi dewasa, beberapa kepribadian watak yang sama akan tampak menonjol pada banyak individu yang telah menjadi dewasa itu. Kepribadian mengacu pada ciri-ciri khas dan sifat-sifat yang mewakili sikap atau tabiat seseorang. Termasuk di dalam konsep kepribadian adalah pola-pola pemikiran, perasaan, konsep diri, perangai, mentalitas, dan segala kebiasaan-kebiasaan. Individu dan perilakunya disesuaikan dengan masyarakat dan kebudayaannya.

a.       Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia

   Perkembangan budaya di negara Indonesia selalu naik dan turun. Pada awalnya, negara Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang, hal seperti itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk negara Indonesia itu sendiri, tetapi pada zaman sekarang ini budaya Indonesia sedikit menurun dari sosialisasi, penduduk kini telah banyak yang melupakan apa itu budaya Indonesia karena banyaknya timbul kebudayaan baru yang mempengaruhi kebudayaan asli dari nenek moyang. Semakin majunya arus globalisasi, rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang, dan ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia. Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke Indonesia,  misalnya adalah kebudayaan dalam hal penampilan, bahasa, bahkan even-even yang melambangkan kebudayaan asing dan lain sebagainya. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh pengaruh dari media elektronik yang sudah sangat berkembang pada masa sekarang ini. Dari telivisi, handphone, komputer dan alat elektronik lainnya. Masyarakat kini telah berkembang menjadi masyarakat modern. Itu menyebabkan kebudayaan indonesia sedikit demi sedikit semakin menghilang, yang harusnya bangsa Indonesia takutkan pada saat ini. Dan dari pemuda-pemuda Indonesia lah yang bisa merubah itu semua, juga membudayakan budaya Indonesia itu sendiri.

   Sebagai contoh pada kemajuan teknologi yang semakin berkembang khususnya pada mahasiswa. Dengan adanya kemajuan teknologi, seperti adanya BBM, WattsApp, Line, Facebook, Twitter, dan lain lain yang merupakan perkembangan zaman Indonesia yang semakin modern, sehingga melupakan kebudayaan yang di bawa sejak dulu kala. Pada kebudayaan teknologi yang semakin canggih dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Diantaranya dari dampak positif tersebut yaitu mahasiswa dengan mudah dalam mengerjakan tugas, mencari informasi, dan bersosialisasi dengan orang lain dengan mudah. Sedangkan dari dampak negatifnya yaitu dengan adanya kemajuan teknologi tersebut terkadang mahasiswa salah mempergunakan dan tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik, misalnya buka facebook saat pelajaran, sehingga dapat mengganggu waktu dalam belajarnya. Hal inilah yang dapat merugikan warga Indonesia, karena semakin canggihnya alat komunikasi maka semakin tinggi pula dampak negatif yang diperolehnya. Sehingga Indonesia merasa terugikan, karena kita di anggap sebagai pemuda penerus bangsa. Oleh karena itu manfaatkanlah waktu dan teknologi modern dengan baik dan benar.

   Namun akhir-akhir ini Indonesia semakin gencar membudidayakan sebagian budaya indonesia. Buktinya, masyarakat luar lebih mengenal budaya Indonesia dibandingkan masyarakat Indonesia. Sebagai contoh adalah batik hasil dari budaya Indonesia, batik tersebut belakangan ini termasuk bahan-bahan yang diminati oleh masyarakat luar. Muncul trend ini dikarenakan batik telah diresmikan bahwa batik tersebut telah ditetapkan oleh UNESCO pada hari jumat tanggal 02 oktober 2009 sebagai warisan budaya Indonesia, dan hari itulah ditetapkannya sebagai hari batik nasional. Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Ada 2 kekuatan yang memicu perubahan sosial; Pertama, adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka.

b.      Kebudayaan Budha, Hindu dan Islam

Masuknya suatu kebudayaan kebudayaan asing ke dalam lingkup suatu masyarakat dapat menimbulkan tiga kemungkinan, yaitu:
1.      Kedua kebudayaan itu akan berakulturasi
2.      Kedua kebudayaan itu akan berjauhan
3.      Kedua kebudayaan itu salah satu hancur

Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya akulturasi. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli.

Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja karena:
·         Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
·         Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau lokal genius merupakan kecapakan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
·         Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia.

Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode, yaitu:
1.      Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedangkan unsur atau ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.

2.      Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha di Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.

3.      Periode Akhir (Abad XVI-Sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dengan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari Hindu.

Hasil Akulturasi Budaya Asli Indonesia dan Budaya Hindu-Budha dalam bidang:
1.      Sosial
Sebelum pengaruh budaya Hindu-Budha masuk, bangsa Indonesia telah menggunakan bahasa melayu kuno dan Jawa kuno. Setelah masuknya Hindu-Budha masyarakat menggunakan bahasa sansekerta dan bahasa podi.

2.      Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.

3.      Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturunan dari dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.

4.      Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu:
·         Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia.
·         Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha.
·         Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha.
Contoh: Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma
·         Pengaruh Hindu-Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha.

5.      Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia bangsa Indonesia mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.

6.      Seni & Budaya
·         Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu-Budha. Contohnya Candi Borobudur.
·         Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief. Patung dapat kita lihat pada penemua patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Utara). Selain patung, terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia.
·         Seni Sastra dan Aksara
Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat. Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India. Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh.
·         Seni Wayang
Seni wayang yang sudah populer dalam kehidupan masyarakat Indonesia (khususnya masyarakat Jawa) bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabrata yang berasal dari India. Namun, penampilan wujud tokoh dalam wayang tersebut adalah budaya Indonesia yang antara daerah satu dan lainnya berbeda. Baik dalam agama Hindu maupun Budha, keduanya mempercayai adanya hukum karma dan reinkarnasi. Kedua hukum tersebut mengandung makna filosofi, yaitu bahwa manusia harus berbuat kebaikan, kebenaran, dan kejujuran agar lepas dari samsara atau penderitaan. Sedangkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak dulu telah berkembang suatu konsep berupa petuah-petuah, nasehat atau pesan yang mengandung makna filosofi tentang kebenaran, kejujuran dan kebaikan.

7.      Teknologi
Pengaruh Hindu-Budha terhadap perkembangan teknologi masyarakat Indonesia terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan dan pertanian. Perkembangan kemaritiman terlihat dengan semakin banyaknya kota-kota pelabuhan, ekspedisi pelayaran dan perdagangan antar negara. Selain itu, bangsa Indonesia yang awalnya baru dapat membuat sampan sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat membuat perahu bercadik. Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat pula pada pembuatan dan pendirian bangunan candi, baik candi dari agama Hindu maupun Budha.

8.      Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya:
·         Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari.
·         Ditemukan Candrasangkala/Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa dengan tahun/kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat/gambaran kata. Bila berupa gambar harus diartikan dalam bentuk kalimat.

Bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam, berkembang pula kebudayaan Islam di Indonesia. Unsur kebudayaan Islam itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan Indonesia tanpa menghilangkan kepribadian Indonesia, sehingga lahirlah kebudayaan baru yang merupakan akulturasi kebudayaan di Indonesia dan Islam. Akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam itu juga mencakup unsur kebudayaan Hindu-Budha.

Hasil Akulturasi Budaya Asli Indonesia dan Budaya Islam:
1.      Seni Bangunan
1)      Masjid
Dilihat dari segi arsitekturnya, masjid-masjid kuno di Indonesia yang menampakan gaya arsitektur asli Indonesia, ciri-ciri sebagai berikut:
·         Atapnya bertingkat/tumpang dan ada puncaknya (mustaka).
·         Pondasinya kuat dan agak tinggi.
·         Ada serambi di depan atau di samping.
·         Ada kolam/parit di bagian depan atau samping.
Contoh: Masjid Agung Cirebon, Masjid Agung Demak, Masjid Baiturahman di Aceh
Sedangkan gaya arsitektur bangunan masjid yang mendapat pengaruh Islam ialah sebagai berikut:
·         Ada hiasan kaligrafi
·         Memiliki kubah
2)      Makam
Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
·         Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
·         Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga terbuat dari batu.
·         Di atas Jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
·         Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
·         Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja.
Contohnya masjid makam Sendang Duwur di Tuban.
Pengaruh budaya Islam terlihat pada huruf dan bahasa Arab, misalnya Makam  Puteri Suwari di Leran (Gresik) dan Makam Sendang Dhuwur di atas bukit (Tuban).
3)      Istana
Bangunan istana yang berasal dari peninggalan zaman Hindu-Budha sudah tidak dapat ditemukan lagi pada zaman Islam. Hal ini karena istana pada zaman itu dibuat dari bahan yang mudah hancur. Berbeda dengan bangunan istana para Sultan yang umumnya dibuat dari batu bata dengan semen sebagai perekatnya. Istana raja merupakan benteng pertahanan terakhir dari suatu Negara atau Kerajaan.

2.      Sistem Pemerintahan
Dalam perkembangan sejarah Islam dikenal adanya kalifah, artinya seorang pengganti setelah Nabi wafat yang bertugas mengurus Negara dan agama, serta melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan Negara.
Pengaruh agama Islam di Indonesia juga terjadi dalam bidang pemerintahan sehingga terjadi akulturasi antara kebudayaan Islam dan kebudayaan pra-Islam. Sebelum masuknya agama Islam, di Indonesia telah berkembang sistem pemerintahan dalam bentuk kerajaan. Raja mempunyai kekuasaan besar dan bersifat turun-temurun. Masuknya pengaruh Islam mengakibatkan perubahan struktur pemerintahan dalam penyebutan raja. Raja tidak lagi dipanggil maharaja, tetapi diganti dengan julukan sultan atau sunan (susuhanan), panembahan, dan maulana. Pada umumnya nama raja pun disesuaikan dengan nama Islam (Arab).

3.      Seni Rupa
Akulturasi bidang seni rupa terlihat pada seni kaligrafi atau seni khot, yaitu seni yang memadukan antara seni lukis dan seni ukir dengan menggunakan hurf Arab yang indah dan penulisannya bersumber pada ayat-ayat suci Al-Qur’an dan Hadits. Adapun fungsi seni kaligrafi adalah motif batik, hiasan pada masjid-masjid, keramik, keris, nisan, hiasan pada mimbar dan sebagainya.

4.      Seni Sastra & Aksara
1)      Seni Sastra
Kesusastraan pada zaman Islam banyak berkembang di daerah sekitar selat Malaka (daerah Melayu) dan Jawa. Pengaruh yang kuat dalam karya sastra pada zaman Islam berasal dari Persia. Misalnya, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, dan Cerita 1001 Malam. Di samping itu, pengaruh budaya Hindu-Budha juga terlihat dalam karya sastra Indonesia. Misalnya, Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama, Hikayat Kuda Semirang, dan Syair Panji Semirang.
2)      Aksara
Akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam dalam hal aksara diwujudkan dengan berkembangnya tulisan Arab Melayu di Indonesia, yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menulis dalam bahasa Melayu. Tulisan Arab Melayu tidak menggunakan tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Tulisan Arab Melayu disebut dengan istilah Arab gundul.

5.      Seni Musik & Seni Tari
Akulturasi pada seni musik terlihat pada musik qasidah dan gamelan pada saat upacara Gerebeg Maulud.
Di bidang seni tari terlihat pada tari Seudati yang diiringi sholawat nabi, kesenian Debus yang diawali dengan membaca Al-Qur’an yang berkembang di Banten, Aceh, dan Minangkabau.

6.      Sistem Kalender
Wujud akulturasi budaya Indonesia dan Islam dalam sistem kalender dapat dilihat dengan berkembangnya sistem kalender Jawa atau Tarikh Jawa. Sistem kalender tersebut diciptakan oleh Sultan Agung dari Mataram pada tahun 1043 H atau 1643 M. Sebelum masuknya budaya Islam, masyarakat Jawa telah menggunakan kalender Saka yang dimulai tahun 78 M. Dalam kalender Jawa, nama bulan adalah Sura, Safar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Ruwah, Pasa, Syawal, Zulkaidah, dan Besar. Nama harinya adalah Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Ahad yang dilengkapi hari pasaran, seperti Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

c.       Kebudayaan Barat di Indonesia
  
   Kebudayaan di Indonesia sangatlah beragam dan kaya. Dengan banyak suku bangsa, agama, adat istiadat, serta status sosial. Kebudayaan Indonesia sebagian besar terdiri dari tradisi-tradisi yang telah lama melekat di diri bangsa Indonesia.
  
   Kini, keberlangsungan budaya Indonesia mulai dikhawatirkan akan memudar, seiring maraknya globalisasi yang menuntut kita untuk bisa berubah dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang sudah mulai terpengaruh budaya luar/barat. Kita sebagai generasi mudah harus mampu mempertahankan kebudayaan Indonesia yang saat ini mulai terkikis dengan adanya kebudayaan barat.

   Di abad 21 ini merupakan abad yang modern. Modern muncul karena adanya modernisasi yang merupakan hal-hal yang mempengaruhi gaya hidup seseorang untuk dapat bersikap lebih modern atau mengikuti perkembangan zaman. Modernisasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan westernisasi sehingga banyak orang yang mengikuti gaya hidup orang barat dan mendorong kita untuk bersikap konsumtif.
  
   Dampak negatif yang menonjol dari budaya barat adalah lunturnya budaya asli, gaya berpakaian, cara bergaul yang bebas serta sopan santun. Orang asing (barat) memiliki penampilan yaitu berambut pirang, postur tinggi, kulit yang putih serta bola mata yang berbeda dengan orang Indonesia. Ciri tersebut diperoleh dari gen yang dimiliki oleh orang barat dan tidak dimiliki oleh orang Indonesia. Orang Indonesia menganggap secara fisik bahwa mereka merupakan suatu keindahan, tak heran banyak orang Indonesia meniru mereka dengan mencat rambutnya, memakai softlens berwarna dan masih banyak lagi. Meniru gaya orang barat merupakan hal yang tidak baik, dengan demikian tidak mensyukuri terhadap apa yang telah diberi oleh Tuhan kepada kita.
  
   Selain dilihat dari sisi negatif ada pula sisi positifnya, yaitu teknologi yang dimiliki oleh orang asing. Mereka memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih maju dari bangsa Indonesia.
    


                                                                  Kesimpulan

   Setiap individu mempunyai ciri khas dan kebutuhan yang tersendiri. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, setiap individu membutuhkan individu lain.
  
   Masyarakat adalah sejumlah orang yang hidup dalam satu daerah yang saling berhubungan dan terikat satu sama lain, sehingga memiliki rasa kepedulian dan menghasilkan kebudayaan.

 



Daftar Pustaka








Ahmadi Abu, Ilmu Sosial Dasar, Cetakan Kelima, Jakarta, PT.Rineka Cipta, 2009

CV. HaKa MJ, Kharisma Sosiologi Untuk SMA Kelas X Semester 2





Komentar