Penduduk,
Masyarakat dan Kebudayaan
Disusun Oleh:
Anggraeni Tri
Windyastuti
10116879
1KA25
Kata
Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
Ilmu Sosial Dasar ini mengenai Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya sangat berharap makalah ini dapat
berguna untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Ilmu Sosial Dasar dan
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan ulasan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun.
Terimakasih
Pendahuluan
Latar
Belakang
Penduduk, masyarakat dan kebudayaan memiliki keterkaitan satu sama lain.
Penduduk adalah sekumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang
tertentu. Sedangkan masyarakat merupakan kumpulan dari penduduk yang saling
berinteraksi dalam suatu wilayah tertentu dan terikat oleh peraturan-peraturan
yang berlaku di dalam wilayah tersebut. Masyarakat menciptakan dan melestarikan
kebudayaan, baik yang mereka dapat dari nenek moyang mereka ataupun kebudayaan
baru yang tumbuh dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, penduduk,
masyarakat dan kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Masyarakat dan kebudayaan terus berkembang
dengan cepat dari masa ke masa. Pada zaman dahulu, manusia hidup berpindah dari
suatu tempat ke tempat yang lain, masyarakat yang hidup dengan keadaan seperti
itu disebut dengan nomaden. Mereka
berpindah ke tempat lain jika bahan makanan yang ada di daerah mereka telah
habis. Namun, seiring dengan berjalannya waktu mereka mulai belajar bercocok
tanam dan berternak untuk melangsungkan kehidupan mereka.
Masyarakat zaman dahulu pun meninggalkan hasil kebudayaan yang beraneka
ragam, mulai dari peralatan, bahasa, lagu, bangunan-bangunan, hingga berbagai
macam upacara adat. Pada zaman purba, masyarakat mulai mengenal suatu kepercayaan
yang lebih jelas jika dibandingkan dengan masyarakat yang hidup pada zaman
sebelumnya. Kepercayaan yang berkembang pada zaman ini adalah agama Hindu dan
Budha. Kedua agama ini membawa pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat dan
kebudayaan Indonesia. Zaman madya ditandai dengan masuknya agama Islam. Agama
Islam menyebar dengan cepat di Indonesia. Agama Islam juga memberikan pengaruh
yang cukup besar bagi perkembangan kebudayaan di Indonesia.
Rumusan
Masalah
1.
Pertumbuhan
Penduduk :
a.
Faktor-faktor
demografi yang mempengaruhi pertambahan penduduk
b.
Pengertian
migrasi
c.
Macam-macam
migrasi
d.
Proses
migrasi
e.
Akibat
migrasi
2.
Kebudayaan
dan kepribadian :
a.
Pertumbuhan
dan perkembangan kebudayaan di Indonesia
b.
Kebudayaan
Budha, Hindu dan Islam
c.
Kebudayaan
Barat di Indonesia
Tujuan
Pembahasan
1.
Mengetahui
pengertian pertumbuhan penduduk, penduduk dan migrasi.
2.
Mengetahui
macam-macam migrasi, proses migrasi, dan akibat migrasi.
3.
Mengetahui
pengertian kebudayaan dan kepribadian.
4.
Mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan di Indonesia.
5.
Mengetahui
kebudayaan Budha, Hindu dan Islam.
6.
Mengetahui
kebudayaan Barat di Indonesia.
Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai
perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu
unit” untuk pengukuran.
Pada awal zaman modern sampai kira-kira
tahun 1650, penduduk dunia telah mencapai 500 juta jiwa jumlahnya. Sejak zaman
inilah penduduk dunia terus meningkat dengan cepat. Hal itu dimungkinkan oleh
adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan
manusia yang menempati wilayah
geografi dan ruang tertentu.
Penduduk atau warga suatu negara
atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
§ Orang yang
tinggal di daerah tersebut.
§ Orang yang
secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.
a.
Faktor-faktor
demografi yang mempengaruhi pertambahan penduduk
1.
Kelahiran
(Natalitas/Fertilitas)
“Kelahiran adalah kemampuan seorang
wwanita melahirkan yang tercermin dalam jumlah bayi yang dilahirkan.”
“Angka Kelahiran ialah rata-rata
banyaknya bayi yang lahir dari tiap 1.000 orang penduduk dalam satu tahun.”
Angka
kelahiran dibagi menjadi dua, yaitu:
1)
Angka
kelahiran kasar
Adalah
jumlah tiap kelahiran 1.000 orang penduduk pada suatu daerah dalam waktu satu
tahun.
2)
Angka
kelahiran khusus
Adalah
angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran hidup dari 1.000 wanita usia
tertentu dalam waktu satu tahun. Yang dimaksud usia tertentu, misalnya: pada
usia 20-24 tahun, 25-29 tahun, 30-39 tahun, dan seterusnya.
2.
Angka
Kematian (Mortalitas)
“Angka kematian adalah jumlah kematian
setiap 1.000 penduduk setiap tahun.”
1)
Angka
kematian kasar
Adalah
angka yang menunjukkan jumlah kematian setiap 1.000 penduduk per tahun.
Berikut
ini penggolongan kematian kasar, yaitu:
1.)
Angka
kematian rendah, jika angka kematian kurang dari 10.
2.)
Angka
kematian sedang, jika angka kematian antara 10-20.
3.)
Angka
kematian tinggi, jika angka kematian lebih dari 20.
2)
Angka
kematian khusus
Adalah
rata-rata banyaknya orang yang meninggal dari tiap 1.000 orang penduduk per
tahun.
3.
Migrasi
b.
Pengertian
Migrasi
Adalah
perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain.
c.
Macam-Macam
Migrasi
Berdasarkan
niat atau tujuan pelakunya untuk menetap atau tidak, migrasi dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1.
Migrasi
Permanen
yaitu
perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk
menetap di daerah yang dituju.
Contoh:
Transmigrasi, urbanisasi, emigrasi, dan imigrasi.
2.
Migrasi
Non Permanen (Sirkuler)
yaitu
perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan tidak
menetap.
Berdasarkan
ruang lingkup gerakan atau perpindahannya migrasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Migrasi
Internasional
adalah perpindahan penduduk yang
dilakukan dengan melintasi batas wilayah negara atau antarnegara dengan tujuan
menetap di negara yang dituju.
Migrasi internasional berdasarkan arah
gerakan atau perpindahannya dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1)
Imigrasi
yaitu
perpindahan penduduk dan negara asing untuk menetap dan menjadi warga negara di
negara yang baru didatanginya.
Misalnya,
seseorang dari Indonesia pindah ke Amerika Serikat. Bagi Amerika Serikat orang tersebut disebut imigran.
2)
Emigrasi
yaitu
pindahnya sekelompok penduduk atau perorangan dari suatu negara ke negara lain.
Misalnya,
orang Indonesia yang menetap di Jepang. Bagi Indonesia disebut emigran, bagi Jepang disebut imigran.
3)
Repatriasi
(remigrasi)
yaitu
perpindahan penduduk untuk kembali ke tanah asalnya semula.
Misalnya,
karena sudah tua, seseorang kembali ke daerah asalnya agar setelah meninggal
dapat dikubur di daerah asalnya.
2.
Migrasi
Nasional
Adalah
gerakan atau perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain melintasi
wilayah provinsi atau kabupaten dalam satu wilayah negara.
Beberapa
contoh jenis migrasi nasional antara lain:
1)
Transmigrasi
yaitu
perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang kurang
padat dalam satu wilayah negara.
Untuk
di Indonesia, daerah-daerah yang padat penduduknya (daerah pengirim) terutama
dari Jawa, Madura dan Bali.
2)
Urbanisasi
yaitu
perpindahan penduduk dari daerah pedesaan atau daerah tepian kota ke daerah
perkotaan untuk tujuan tertentu.
d.
Proses
Migrasi
Dengan
adanya wilayah yang memiliki lebih maka banyak orang atau penduduk, yang akan
pergi ke wilayah itu dikarenakan di wilayah ia tinggal sudah tidak banyak lagi
penduduk untuk berkelangsungan hidupnya.
Proses
migrasi punya cara yaitu:
• Proses migrasi ia menetap di suatu wilayah.
• Proses migrasi hanya sementara diwilayah itu sewaktu-waktu ia dapat kembali lagi ke wilayah tempat asalnya.
• Hanya sekedar berlibur diwilayah itu.
• Proses migrasi ia menetap di suatu wilayah.
• Proses migrasi hanya sementara diwilayah itu sewaktu-waktu ia dapat kembali lagi ke wilayah tempat asalnya.
• Hanya sekedar berlibur diwilayah itu.
Proses
keberangkatan migrasi bisa dilakukan dengan cara-cara tertentu misalkan kalau
imigran hanya satu orang bisa melakukannya dengan naik sepeda motor, kalau
imigran dengan banyak orang satu keluarga maka bisa melakukannya dengan naik
kendaraan roda empat atau juga naik kapal laut.
e.
Akibat
Migrasi
1.
Dampak
negatif migrasi
Beberapa
dampak negatif migrasi terhadap kehidupan di masyarakat yang sering dirasakan
saat ini, antara lain:
·
Kurangnya
perlindungan bagi para imigran, terutama bagi TKI yang bekerja di luar negeri.
·
Kesempatan
atau peluang kerja di kota semakin terbatas, karena semakin banyaknya tenaga
kerja yang ke kota.
·
Menimbulkan
masalah di daerah tujuan, terutama bagi mereka yang tidak berbekal keterampilan
dan pengetahuan yang cukup.
·
Berkurangnya
tenaga kerja muda atau usia produktif di daerah pedesaan yang menjadi andalan
kegiatan pertanian.
2.
Dampak
positif migrasi
Selain
dampak negatif, migrasi ternyata juga membawa dampak positif baik bagi
kehidupan masyarakat, antara lain:
·
Kebutuhan
tenaga kerja masyarakat kota tercukupi, terutama tenaga kerja muda yang
produktif.
·
Kemajuan
pembangunan daerah perkotaan semakin pesat, karena didukung oleh tenaga kerja
yang banyak dan fasilitas yang lengkap.
·
Bagi
warga desa yang sadar dan peduli akan perkembangan desanya, akan membawa
kemajuan di desanya berbekal dari pengalaman yang diperoleh di kota.
f.
3
Jenis Struktur Penduduk
1)
Penduduk
Muda (Expansive)
Digambarkan
seperti Limas. Pemahamanya mudah, jadi di suatu daerah terdapat angka kelahiran
yang tinggi dan angka kematian yang rendah yang menyebabkan penduduk yang
berumur muda banyak. Biasanya terdapat
di negara berkembang seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, India.
Ciri-Ciri
Penduduk Muda:
a.
Sebagian
besar berada pada kelompok penduduk muda.
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit.
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi.
d. Pertumbuhan penduduk tinggi.
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit.
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi.
d. Pertumbuhan penduduk tinggi.
2)
Penduduk
Stasioner
Piramida
Stasioner itu merata, sehingga ada yang menyebutnya sebagai bentuk granat. Pada
piramida ini tingkat kelahiran dan kematian seimbang atau tetap (stasioner).
Biasanya terdapat di negara maju seperti: Singapura, Jepang.
Ciri-Ciri
Penduduk Stasioner:
a.
Penduduk
pada tiap kelompok umur hampir sama.
b.
Tingkat
kelahiran rendah.
c.
Tingkat
kematian rendah.
d.
Pertumbuhan
penduduk mendekati nol atau lambat.
3)
Penduduk
Tua (Constructive)
Bentuknya
lebih seperti Batu Nisan. Piramida ini menunjukkan tingkat kelahiran yang
rendah dan tingkat kematian sangat tinggi, jadinya pertumbuhan penduduknya
rendah. Contoh negaranya: Jerman, Swiss dan Belgia.
Ciri-Ciri
Penduduk Tua:
a.
Sebagian
besar penduduk berada pada kelompok usia dewasa atau tua.
b.
Jumlah
penduduk usia muda sangat sedikit.
c.
Tingkat
kelahiran lebih rendah dibanding dengan tingkat kematian.
d.
Pertumbuhan
penduduk terus berkurang.
Kebudayaan
dan Kepribadian
Berdasarkan asal usul katanya, kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta “buddhayah” (bentuk jamak), sedangkan bentuk tunggalnya yaitu buddhi
(budi atau akal). Jadi, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan
dengan budi atau akal. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Selanjutnya E.B. Tayor dalam bukunya “Primitive Culture” merumuskan
definisi secara sistematis dan ilmiah tentang kebudayaan sebagai berikut:
“Kebudayaan adalah komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat
serta lain-lain kenyataan dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia
sebagai anggota masyarakat.” (Culture is that complex whole and other
capability acquired by man as a member of society).
Kepribadian seseorang dipengaruhi pula oleh kebudayaan yang berlaku di
lingkungan sekitar. Kebudayaan merupakan pola-pola tindakan yang sering
diulang-ulang yang akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.
Kebiasaan-kebiasaan ini digunakan untuk memberikan arah kepada individu
ataupun kelompok, bagaimana seharusnya ia ber-hubungan atau berinteraksi dengan
orang lain bahkan telah menjadi tuntutan masyarakat dimana pun dan dalam kurun
waktu kapan pun. Oleh karena itu, kebiasaan-kebiasaan melekat dalam diri
masyarakat, diperkenalkan dan dipelajari oleh individu-individu secara
terus-menurus.
Dalam proses yang panjang inilah, kepribadian terbentuk seiring dan
sesuai dengan kebudayaan setempat. Oleh karena itu, kebudayaan antara satu
daerah dengan daerah lain berbeda, maka dapat dipastikan kepribadian dari dua
kebudayaan tersebut berbeda pula. Kebudayaan tidak bisa lepas dari kepribadian
individu melalui suatu proses belajar yang panjang.
Dalam proses belajar yang disebut sosialisasi itu, kepribadian atau
watak tiap-tiap individu pasti juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
kebudayaan itu secara keseluruhan. Gagasan-gagasan, tingkah laku, atau tindakan
manusia itu ditata, dikendalikan, dan dimantapkan pola-polanya oleh berbagai
sistem nilai dan norma yang hidup di masyarakatnya.
Sebaliknya, kebudayaan suatu masyarakat turut memberikan sumbangan pada
pembentukan kepribadian seseorang. Kepribadian suatu individu dalam suatu
masyarakat, walaupun berbeda-beda satu sama lainnya, dirangsang dan dipengaruhi
oleh nilai-nilai dan norma-norma dalam sistem budaya dan juga oleh sistem
sosial yang telah diinternalisasinya (diserap ke dalam dirinya) melalui proses
sosialisasi dan proses pembudayaan selama hidup sejak masa kecilnya.
Kepribadian juga sangat ditentukan oleh cara-cara ia diajari makan,
bermain, disiplin, dan bergaul dengan anak-anak lainnya pada waktu kecil.
Tiap-tiap kebudayaan mempunyai cara pengasuhan anak yang berbeda-beda yang
menunjukkan adanya kesamaan pola-pola adat dan norma-norma tertentu. Setelah
anak-anak itu menjadi dewasa, beberapa kepribadian watak yang sama akan tampak
menonjol pada banyak individu yang telah menjadi dewasa itu. Kepribadian
mengacu pada ciri-ciri khas dan sifat-sifat yang mewakili sikap atau tabiat
seseorang. Termasuk di dalam konsep kepribadian adalah pola-pola pemikiran,
perasaan, konsep diri, perangai, mentalitas, dan segala kebiasaan-kebiasaan.
Individu dan perilakunya disesuaikan dengan masyarakat dan kebudayaannya.
a.
Pertumbuhan
dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
Perkembangan budaya di negara Indonesia
selalu naik dan turun. Pada awalnya, negara Indonesia sangat banyak mempunyai
peninggalan budaya dari nenek moyang, hal seperti itulah yang harus dibanggakan
oleh penduduk negara Indonesia itu sendiri, tetapi pada zaman sekarang ini
budaya Indonesia sedikit menurun dari sosialisasi, penduduk kini telah banyak
yang melupakan apa itu budaya Indonesia karena banyaknya timbul kebudayaan baru
yang mempengaruhi kebudayaan asli dari nenek moyang. Semakin majunya arus
globalisasi, rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang, dan ini sangat
berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia. Terlalu banyaknya
kehidupan asing yang masuk ke Indonesia,
misalnya adalah kebudayaan dalam hal penampilan, bahasa, bahkan
even-even yang melambangkan kebudayaan asing dan lain sebagainya. Hal tersebut
biasanya disebabkan oleh pengaruh dari media elektronik yang sudah sangat
berkembang pada masa sekarang ini. Dari telivisi, handphone, komputer dan alat
elektronik lainnya. Masyarakat kini telah berkembang menjadi masyarakat modern.
Itu menyebabkan kebudayaan indonesia sedikit demi sedikit semakin menghilang,
yang harusnya bangsa Indonesia takutkan pada saat ini. Dan dari pemuda-pemuda
Indonesia lah yang bisa merubah itu semua, juga membudayakan budaya Indonesia
itu sendiri.
Sebagai contoh pada kemajuan teknologi yang
semakin berkembang khususnya pada mahasiswa. Dengan adanya kemajuan teknologi,
seperti adanya BBM, WattsApp, Line, Facebook, Twitter, dan lain lain yang
merupakan perkembangan zaman Indonesia yang semakin modern, sehingga melupakan
kebudayaan yang di bawa sejak dulu kala. Pada kebudayaan teknologi yang semakin
canggih dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Diantaranya dari
dampak positif tersebut yaitu mahasiswa dengan mudah dalam mengerjakan tugas,
mencari informasi, dan bersosialisasi dengan orang lain dengan mudah. Sedangkan
dari dampak negatifnya yaitu dengan adanya kemajuan teknologi tersebut
terkadang mahasiswa salah mempergunakan dan tidak dapat memanfaatkan waktu dengan
baik, misalnya buka facebook saat pelajaran, sehingga dapat mengganggu waktu
dalam belajarnya. Hal inilah yang dapat merugikan warga Indonesia, karena
semakin canggihnya alat komunikasi maka semakin tinggi pula dampak negatif yang
diperolehnya. Sehingga Indonesia merasa terugikan, karena kita di anggap
sebagai pemuda penerus bangsa. Oleh karena itu manfaatkanlah waktu dan
teknologi modern dengan baik dan benar.
Namun akhir-akhir ini Indonesia semakin
gencar membudidayakan sebagian budaya indonesia. Buktinya, masyarakat luar
lebih mengenal budaya Indonesia dibandingkan masyarakat Indonesia. Sebagai
contoh adalah batik hasil dari budaya Indonesia, batik tersebut belakangan ini
termasuk bahan-bahan yang diminati oleh masyarakat luar. Muncul trend ini dikarenakan
batik telah diresmikan bahwa batik tersebut telah ditetapkan oleh UNESCO pada
hari jumat tanggal 02 oktober 2009 sebagai warisan budaya Indonesia, dan hari
itulah ditetapkannya sebagai hari batik nasional. Ada sejumlah kekuatan yang
mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Ada 2
kekuatan yang memicu perubahan sosial; Pertama, adalah kekuatan dari dalam
masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai
penemuan dan rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat
(external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture
contact) secara langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan
lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan
kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka.
b.
Kebudayaan
Budha, Hindu dan Islam
Masuknya suatu kebudayaan kebudayaan
asing ke dalam lingkup suatu masyarakat dapat menimbulkan tiga kemungkinan,
yaitu:
1.
Kedua
kebudayaan itu akan berakulturasi
2.
Kedua
kebudayaan itu akan berjauhan
3.
Kedua
kebudayaan itu salah satu hancur
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia
menyebabkan munculnya akulturasi. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di
Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan
penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan
unsur-unsur asli.
Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di
Indonesia tidak diterima begitu saja karena:
·
Masyarakat
Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga
masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan
Indonesia.
·
Kecakapan
istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau lokal genius merupakan kecapakan
suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah
unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
·
Pengaruh
kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di
Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih
terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses
pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Masuknya
pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3
periode, yaitu:
1.
Periode
Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan
lebih terasa serta menonjol sedangkan unsur atau ciri-ciri kebudayaan Indonesia
terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu,
Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram
Kuno.
2.
Periode
Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha di Indonesia
berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan
unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih
aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaan Jawa Timur seperti
Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi
yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama
Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan
keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.
3.
Periode
Akhir (Abad XVI-Sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat
dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin
surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat
bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang
dalam bentuk Meru sang Hyang Widhi Wasa
dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben
sebagai objek pariwisata dengan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali
bukan lagi dari Hindu.
Hasil
Akulturasi Budaya Asli Indonesia dan Budaya Hindu-Budha dalam bidang:
1.
Sosial
Sebelum pengaruh budaya Hindu-Budha masuk, bangsa
Indonesia telah menggunakan bahasa melayu kuno dan Jawa kuno. Setelah masuknya
Hindu-Budha masyarakat menggunakan bahasa sansekerta dan bahasa podi.
2.
Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada
masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal
pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di
Indonesia.
3.
Sistem
Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal
sistem pemerintahan oleh kepala suku yang dipilih karena memiliki kelebihan
tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh
Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang
berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturunan dari dewa yang
memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya
untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun serta meninggalkan
sistem pemerintahan kepala suku.
4.
Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan
masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat
Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian
masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu:
·
Dengan
digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian
masyarakat Indonesia.
·
Telah
dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah
khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha.
·
Bukti
lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan
interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha.
Contoh:
Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma
·
Pengaruh
Hindu-Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan
ajaran agama Hindu-Budha.
5.
Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia
bangsa Indonesia mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh
nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong
masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak
meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan
dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuan paham-paham
lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
6.
Seni
& Budaya
·
Seni
Bangunan
Seni
bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli
bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan
akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan
zaman megalitikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh
Hindu-Budha. Contohnya Candi Borobudur.
·
Seni
Rupa
Seni
rupa tampak berupa patung dan relief. Patung dapat kita lihat pada penemua
patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta patung Budha berlanggam
Amarawati di Sikending (Sulawesi Utara). Selain patung, terdapat pula
relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief
cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia.
·
Seni
Sastra dan Aksara
Periode
awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat. Periode tengah bangsa
Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India. Contohnya: Kitab
Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh.
·
Seni
Wayang
Seni
wayang yang sudah populer dalam kehidupan masyarakat Indonesia (khususnya
masyarakat Jawa) bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabrata yang berasal dari
India. Namun, penampilan wujud tokoh dalam wayang tersebut adalah budaya
Indonesia yang antara daerah satu dan lainnya berbeda. Baik dalam agama Hindu
maupun Budha, keduanya mempercayai adanya hukum karma dan reinkarnasi. Kedua
hukum tersebut mengandung makna filosofi, yaitu bahwa manusia harus berbuat
kebaikan, kebenaran, dan kejujuran agar lepas dari samsara atau penderitaan.
Sedangkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak dulu telah berkembang
suatu konsep berupa petuah-petuah, nasehat atau pesan yang mengandung makna
filosofi tentang kebenaran, kejujuran dan kebaikan.
7.
Teknologi
Pengaruh Hindu-Budha terhadap perkembangan teknologi
masyarakat Indonesia terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan dan pertanian.
Perkembangan kemaritiman terlihat dengan semakin banyaknya kota-kota pelabuhan,
ekspedisi pelayaran dan perdagangan antar negara. Selain itu, bangsa Indonesia
yang awalnya baru dapat membuat sampan sebagai alat transportasi kemudian mulai
dapat membuat perahu bercadik. Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari
India dengan Indonesia terlihat pula pada pembuatan dan pendirian bangunan
candi, baik candi dari agama Hindu maupun Budha.
8.
Sistem
Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal
ini terlihat dengan adanya:
·
Penggunaan
tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang
dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja
Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari.
·
Ditemukan
Candrasangkala/Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa dengan
tahun/kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat/gambaran
kata. Bila berupa gambar harus diartikan dalam bentuk kalimat.
Bersamaan
dengan masuk dan berkembangnya agama Islam, berkembang pula kebudayaan Islam di
Indonesia. Unsur kebudayaan Islam itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan Indonesia tanpa menghilangkan kepribadian Indonesia, sehingga
lahirlah kebudayaan baru yang merupakan akulturasi kebudayaan di Indonesia dan
Islam. Akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam itu juga mencakup unsur
kebudayaan Hindu-Budha.
Hasil
Akulturasi Budaya Asli Indonesia dan Budaya Islam:
1.
Seni
Bangunan
1)
Masjid
Dilihat
dari segi arsitekturnya, masjid-masjid kuno di Indonesia yang menampakan gaya
arsitektur asli Indonesia, ciri-ciri sebagai berikut:
·
Atapnya
bertingkat/tumpang dan ada puncaknya (mustaka).
·
Pondasinya
kuat dan agak tinggi.
·
Ada
serambi di depan atau di samping.
·
Ada
kolam/parit di bagian depan atau samping.
Contoh: Masjid Agung Cirebon, Masjid
Agung Demak, Masjid Baiturahman di Aceh
Sedangkan
gaya arsitektur bangunan masjid yang mendapat pengaruh Islam ialah sebagai
berikut:
·
Ada
hiasan kaligrafi
·
Memiliki
kubah
2)
Makam
Ciri-ciri
dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
·
Makam-makam
kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
·
Makamnya
terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga
terbuat dari batu.
·
Di
atas Jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau
kubba.
·
Dilengkapi
dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau
kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung
(beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan
tidak berpintu).
·
Di
dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya
makam tersebut adalah makam para wali atau raja.
Contohnya
masjid makam Sendang Duwur di Tuban.
Pengaruh
budaya Islam terlihat pada huruf dan bahasa Arab, misalnya Makam Puteri Suwari di Leran (Gresik) dan Makam
Sendang Dhuwur di atas bukit (Tuban).
3)
Istana
Bangunan
istana yang berasal dari peninggalan zaman Hindu-Budha sudah tidak dapat
ditemukan lagi pada zaman Islam. Hal ini karena istana pada zaman itu dibuat
dari bahan yang mudah hancur. Berbeda dengan bangunan istana para Sultan yang
umumnya dibuat dari batu bata dengan semen sebagai perekatnya. Istana raja
merupakan benteng pertahanan terakhir dari suatu Negara atau Kerajaan.
2.
Sistem
Pemerintahan
Dalam perkembangan sejarah Islam dikenal adanya
kalifah, artinya seorang pengganti setelah Nabi wafat yang bertugas mengurus
Negara dan agama, serta melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan Negara.
Pengaruh agama Islam di Indonesia juga terjadi dalam
bidang pemerintahan sehingga terjadi akulturasi antara kebudayaan Islam dan
kebudayaan pra-Islam. Sebelum masuknya agama Islam, di Indonesia telah
berkembang sistem pemerintahan dalam bentuk kerajaan. Raja mempunyai kekuasaan
besar dan bersifat turun-temurun. Masuknya pengaruh Islam mengakibatkan
perubahan struktur pemerintahan dalam penyebutan raja. Raja tidak lagi dipanggil
maharaja, tetapi diganti dengan julukan sultan atau sunan (susuhanan),
panembahan, dan maulana. Pada umumnya nama raja pun disesuaikan dengan nama
Islam (Arab).
3.
Seni
Rupa
Akulturasi bidang seni rupa terlihat pada seni
kaligrafi atau seni khot, yaitu seni yang memadukan antara seni lukis dan seni
ukir dengan menggunakan hurf Arab yang indah dan penulisannya bersumber pada
ayat-ayat suci Al-Qur’an dan Hadits. Adapun fungsi seni kaligrafi adalah motif
batik, hiasan pada masjid-masjid, keramik, keris, nisan, hiasan pada mimbar dan
sebagainya.
4.
Seni
Sastra & Aksara
1)
Seni
Sastra
Kesusastraan
pada zaman Islam banyak berkembang di daerah sekitar selat Malaka (daerah
Melayu) dan Jawa. Pengaruh yang kuat dalam karya sastra pada zaman Islam
berasal dari Persia. Misalnya, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, dan
Cerita 1001 Malam. Di samping itu, pengaruh budaya Hindu-Budha juga terlihat
dalam karya sastra Indonesia. Misalnya, Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama,
Hikayat Kuda Semirang, dan Syair Panji Semirang.
2)
Aksara
Akulturasi
kebudayaan Indonesia dan Islam dalam hal aksara diwujudkan dengan berkembangnya
tulisan Arab Melayu di Indonesia, yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menulis
dalam bahasa Melayu. Tulisan Arab Melayu tidak menggunakan tanda a, i, u
seperti lazimnya tulisan Arab. Tulisan Arab Melayu disebut dengan istilah Arab
gundul.
5.
Seni
Musik & Seni Tari
Akulturasi pada seni musik terlihat pada musik
qasidah dan gamelan pada saat upacara Gerebeg Maulud.
Di bidang seni tari terlihat pada tari Seudati yang
diiringi sholawat nabi, kesenian Debus yang diawali dengan membaca Al-Qur’an
yang berkembang di Banten, Aceh, dan Minangkabau.
6.
Sistem
Kalender
Wujud akulturasi budaya Indonesia dan Islam dalam
sistem kalender dapat dilihat dengan berkembangnya sistem kalender Jawa atau
Tarikh Jawa. Sistem kalender tersebut diciptakan oleh Sultan Agung dari Mataram
pada tahun 1043 H atau 1643 M. Sebelum masuknya budaya Islam, masyarakat Jawa
telah menggunakan kalender Saka yang dimulai tahun 78 M. Dalam kalender Jawa,
nama bulan adalah Sura, Safar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir,
Rajab, Ruwah, Pasa, Syawal, Zulkaidah, dan Besar. Nama harinya adalah Senin,
Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Ahad yang dilengkapi hari pasaran,
seperti Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
c.
Kebudayaan
Barat di Indonesia
Kebudayaan di Indonesia sangatlah beragam dan kaya. Dengan banyak suku
bangsa, agama, adat istiadat, serta status sosial. Kebudayaan Indonesia
sebagian besar terdiri dari tradisi-tradisi yang telah lama melekat di diri
bangsa Indonesia.
Kini, keberlangsungan budaya Indonesia mulai dikhawatirkan akan memudar,
seiring maraknya globalisasi yang menuntut kita untuk bisa berubah dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang sudah mulai terpengaruh budaya
luar/barat. Kita sebagai generasi mudah harus mampu mempertahankan kebudayaan
Indonesia yang saat ini mulai terkikis dengan adanya kebudayaan barat.
Di abad 21 ini merupakan abad yang modern. Modern muncul karena adanya
modernisasi yang merupakan hal-hal yang mempengaruhi gaya hidup seseorang untuk
dapat bersikap lebih modern atau mengikuti perkembangan zaman. Modernisasi
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan westernisasi sehingga banyak orang
yang mengikuti gaya hidup orang barat dan mendorong kita untuk bersikap
konsumtif.
Dampak negatif yang menonjol dari budaya barat adalah lunturnya budaya
asli, gaya berpakaian, cara bergaul yang bebas serta sopan santun. Orang asing
(barat) memiliki penampilan yaitu berambut pirang, postur tinggi, kulit yang
putih serta bola mata yang berbeda dengan orang Indonesia. Ciri tersebut
diperoleh dari gen yang dimiliki oleh orang barat dan tidak dimiliki oleh orang
Indonesia. Orang Indonesia menganggap secara fisik bahwa mereka merupakan suatu
keindahan, tak heran banyak orang Indonesia meniru mereka dengan mencat
rambutnya, memakai softlens berwarna dan masih banyak lagi. Meniru gaya orang
barat merupakan hal yang tidak baik, dengan demikian tidak mensyukuri terhadap
apa yang telah diberi oleh Tuhan kepada kita.
Selain dilihat dari sisi negatif ada pula sisi positifnya, yaitu
teknologi yang dimiliki oleh orang asing. Mereka memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi yang lebih maju dari bangsa Indonesia.
Kesimpulan
Setiap individu mempunyai ciri khas dan
kebutuhan yang tersendiri. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, setiap individu
membutuhkan individu lain.
Masyarakat adalah sejumlah orang yang hidup
dalam satu daerah yang saling berhubungan dan terikat satu sama lain, sehingga
memiliki rasa kepedulian dan menghasilkan kebudayaan.
Daftar Pustaka
Ahmadi
Abu, Ilmu Sosial Dasar, Cetakan
Kelima, Jakarta, PT.Rineka Cipta, 2009
CV. HaKa MJ, Kharisma Sosiologi Untuk
SMA Kelas X Semester 2
Komentar
Posting Komentar